Senin, 14 Desember 2015

Alat-alat dan simpul yang digunakan dalam pemanjatan

ALAT – ALAT PEMANJATAN
Alat-alat yang diguanakan dalam pemanatan artificial
1. Tali carmentel
Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan atau biasa disebut dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
– Static adalah tali yang mempunyai daya lentur 6% – 9%, digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.

– Dynamic adalah tali yang mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.

2. Harnest adalah alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yg nantinya dihubungkan dengan tali.

3. Carabiner adalah cincin kait yg terbuat dari alumunium alloy sebagai pengait dan dikaitkan dgn alat lainnya.
– Karabiner Skrup/carabiner srew gate

– Karabiner Snap/carabiner non screw gate

4. Helmet adalah pelindung kepala yg melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang terjatuh dari atas.

5. Webbing, peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur, biasa digunakan sebagai harnest

6. Prusik, merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunkan sbg pengganti sling runner dan juga dpt digunakan untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik, seperti pada SRT.

7. Sepatu Panjat, sbg pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dpt melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras)

8. Chock bag/Calk bag, sebagai tempat MgCo3 (Magnesium Carbonat) yg berfungsi agar tangan tdk licin karena berkeringat sehingga akan membantu dalam pemanjatan.

9. Descender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yg sering digunakan adalah figure of eight dan auto stop.

10. Ascender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan biasanya jumar dan croll

11. Grigri, alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yg paling tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya.

12. Hammer, berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.

13. Pulley, mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yg berat. Digunakan untuk perlengkapan evakuasi.

14. Handdrill, merupakan media untuk mengebor tebing secara manual, yg berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta hanger.

D. SIMPUL YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN
Simpul – simpul yang digunakan dalam pemanjatan
1. Simpul Delapan Ganda
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.

2. Simpul Delapan Tunggal
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest apabila carabiner tidak ada Toleransi 55% – 59%.

3. Simpul Pangkal
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.

4. Simpul Jangkar
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.

Simpul Jangkar
Simpul Jangkar
5. Simpul Kambing / bowline knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.

6. Simpul Kupu – kupu / Butterfly knot
Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.

7. Simpul Nelayan / Fisherman Knot
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%

8. Simpul Frusik
Simpul yang digunakan dalam teknik Frusiking SRT

9. Simpul Pita
Untuk Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya licin atau berbentuk pipih (umumnya digunakan untuk menyambung Webbing)

10. Simpul Italy
Untuk repeling jika tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.

o Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 40%.
o Clove hitch knot
Untu mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
o Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
o Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
o Simpul two in one
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu ketika pemanjat selesai dan turun dari tebing tanpa meninggalkan alat.

etika pemanjatan

ETIKA PEMANJATAN
Secara umum etika pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu
Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2. Menjaga kelestarian alam.
3. Merintis jalur baru.
4. Memanjat jalur bernama.
5. Pemberian nama jalur.
6. Memberi keamanan bagi pemanjat lain

Apa itu Rock Climbing?

 
Rock climbing merupakan salah satu bagian dari kegiatan Mountaineering yang paling penting, yang sangat memerlukan kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan dalam menganalisa yang tinggi, mental baja , serta ketahanan fisik yang besar.

Secara etimologis Rock Climbing terdiri dari dua kata yaitu Rock dan climbing. Rock berarti batuan dan Climbing berarti pemanjatan. Jadi Rock climbing yaitu teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan yang mempunyai kemiringan tebing lebih dari 70o.
Pada dasarnya kegiatan panjat tebing ini adalah suatu teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan berupa tonjolan, rekahan, atau cekungan dengan atau tanpa alat bantu pendakian. Karena itu pemilihan pegangan dan pijakan sangat menentukan keberhasilan sebuah pemanjatan. Keasyikan pemanjatan tebing justru ditemukan pada strategi menyiasati rupa tebing alam, karena itu pula yang menjadi faktor penentu keberhasilan pemanjatan. Salah strategi sedikit saja bisa merepotkan bahkan berakibat fatal!

Bukan perkara mudah untuk memahami jenis kegiatan yang satu ini. Awam mungkin berpikir, adalah pekerjaan “gila” memanjati tebing alam yang jelas-jelas beresiko tinggi. Tapi bagi para perayap cadas, tebing yang semakin sukar adalah tantangan yang harus dijawab. Tentunya harus bisa “ditaklukkan” dengan selamat.
            Awalnya rock climbing murni dilakukan di media tebing-tebing alam, namun pada perkembangan selanjutnya berangsur-angsur mulai dipopulerkan untuk umum. Karena itu mulai dipikirkan untuk melakukan kegiatan ini di tebing-tebing buatan, bahkan di dalam ruangan. Perkembangan berikut inilah yang disebut dengan wall climbing (panjat dinding) yang kemudian banyak diperlombakan…
            Awal tahun 1990-an, dinding-dinding panjat buatan sudah berdiri di Medan. Melihat animo yang cukup tinggi, akhirnya dikukuhkan Pengurus Daerah (Pengda) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Sumut tahun 1993. Kegiatan pertama Pengda FPTI Sumut ini adalah mengenalkan sekaligus menyosialisasikan kegiatan rock/wall climbing ke seluruh lapisan masyarakat dalam sebuah gelar Kejuaraan Daerah (Kejurda) Panjat Tebing Sumut.  Kejurda panjat tebing pertama di Sumut ini digelar di halaman depan Istana Maimoon yang memang menyedot cukup banyak peserta dan menarik perhatian ratusan pengunjung.